BOGOR-Tampaknya keinginan para pemuda Kampung Ciwaluh untuk memajukan kampungnya, bukan sekadar rencana tanpa aksi. Setelah berbulan-bulan menyusun perencanaan pengembangan ekowisata, beberapa pemuda di sana mulai bergerak untuk melakukan pembenahan kampung dan sekitarnya. Geliat persiapan menuju Kampung Ekowisata mulai terlihat di kampung yang terletak di Desa Watesjaya, Kecamatan Cigombong, Bogor ini.
Sejak awal tahun 2016, para pemuda ini mulai membenahi curug (air terjun, -red) yang ada di sekitar kampung mereka. Curug Ciawitali yang dapat ditempuh 45 menit dengan berjalan kaki dari kampung, selama ini memang menjadi tujuan wisata bagi kampung-kampung di sekitarnya, bahkan dari daerah lain.
“Pilihan mengelola curug yang dapat dijadikan sumber penghasilan mereka nantinya, sebagai tahap awal dari konsep ekowisata, dinilai lebih sederhana, tidak membutuhkan banyak biaya, dan relatif lebih mudah dijalankan,” ujar Fahmi, staf Kampanye dan Advokasi RMI.
Pengelolaan Curug Ciawitali menjadi prioritas utama dalam proses membangun konsep ekowisata meliputi pembersihan area curug, penataan kawasan, pembuatan bangku-bangku istirahat, pembangunan MCK, pembangunan tempat sampah, pembangunan kolam untuk berenang, saung untuk memasak, gapura, dan pos jaga. Para pemuda Kampung Ciwaluh semakin antusias seiring dengan selesainya tiap tahap yang dilakukan.
Saat ini pengelola Curug Ciawitali sudah mulai memberlakukan tiket bagi para pengunjung. Tiket masuk ke sana cukup murah, yaitu Rp 5.000 per orang untuk masuk kawasan Curug Ciawitali dan Rp 2.000 untuk tiket parkir per motor. Pendapatan yang dihasilkan dari tiket tersebut digunakan untuk perawatan area wisata dan penambahan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.
Masyarakat Kampung Ciwaluh berharap dengan ditatanya Curug Ciawitali dapat memberikan dampat positif bagi mereka, termasuk peningkatan ekonomi warga. Secara bertahap, pengembangan ekowisata di Kampung Ciwaluh akan melibatkan lebih banyak warga kampung, mulai dari penyediaan lahan parkir di halaman rumah sampai produk makanan.
Penulis: Indri Guli (staf Divisi Pengelolaan Pengetahuan RMI)