Banyak anggota masyarakat terjebak pada wadah yang namanya berkelompok dan kehilangan makna saat berada di dalamnya. Tidak jarang juga masyarakat hanya sekedar berkumpul tanpa tahu mau apa dan kenapa berada di dalam wadah yang namanya kelompok tersebut. Sehingga, pada akhirnya, mereka tidak menemukan persoalan-persoalan mendasar yang mereka hadapi yang pada akhirnya juga tidak merubah kondisi yang mereka hadapi. Jika dibiarkan lama, maka ini sangat merugikan masyarakat itu sendiri.
“Berkelompok tidak hanya sekedar berkumpul tanpa ada tujuan melainkan bagaimana orang per orang yang bernasib sama menyatukan diri dalam sebuah wadah yang tumbuh dari, oleh, dan untuk anggota dengan tujuan meningkatkan taraf hidup anggota dan masyarakat sekitarnya,” jelas Yosfi Aldi saat menyampaikan materi penguatan kelompok, Kamis, 22/03 di Desa Cirompang.
Saat ini perempuan Cirompang sudah mulai bergerak “lagi”, jika sebelumnya beberapa kelompok yang sudah terbentuk tahun 2015, bubar karena banyak persoalan kelompok yang dihadapi. Kali ini perempuan Cirompang sedang menata kembali kelompoknya. Sekitar 20 orang perempuan Cirompang saat ini sedang menggalakkan aktivitas kebun pekarangan dan ada 10 orang diantaranya telah membuat kelompok dengan aktivitas kebun kelompok dan pengolahan pangan. Kelompok perempuan ini mulai bergerak pasca Sekolah Lapang Rakyat (SLR )“Konservasi Benih” yang diadakan bersamaan dengan acara Festival Hutan Adat lalu.
Untuk mengimplementasikan hasil SLR tersebut, kebun pekarangan dan kebun kelompok menjadi pilihan para perempuan Cirompang. Januari 2018, 10 orang perempuan yang sebagian diantaranya belum pernah terlibat dalam kegiatan yang lalu berinisiatif untuk kembali membentuk kelompok. Kegiatan kebun kelompok diawali dengan membersihkan lahan, menggarit, mencangkul, dan menanami dengan benih yang semua tahapannya dilakukan secara bersama oleh kelompok. Lahan yang digunakan kelompok merupakan milik salah satu anggota kelompok sehingga tidak membutuhkan biaya sewa lahan.
Meski sebagian benih yang ditanam tidak tumbuh karena musim penghujan yang panjang, namun ada beberapa sayur- sayuran dari kebun pekarangan seperti sayuran caisim, pakcoy dan tomat telah berhasil dipanen. Untuk kebun kelompok, kelompok perempuan telah beberapa kali menanam benih, namun gagal tumbuh diduga karena kesuburan tanah yang kurang baik serta hujan yang terus menerus membanjiri kebun. Baiknya, semangat kelompok perempuan masih tetap terjaga, seperti yang diungkapkan oleh Teh Tarsih (anggota kelompok) “kalau habis musim hujan masih gagal tanam juga, kita mau cari lahan yang lain, yang penting kebunnya jadi”.
Selain berkebun, para perempuan Cirompang juga memiliki keinginan untuk dapat mengembangkan pangan lokal, seperti jamu, abon jantung pisang, opak singkong dan rengginang. Bahkan pada acara Festival Hutan Adat yang lalu produk tersebut sudah mulai diproduksi dan dipasarkan. Sejauh ini usaha kelompok masih terkendala di pemasaran “kalau cuma jual dikampung untungnya tidak seberapa, kampung Cirompang kan kecil, daya belinya juga rendah” ujar teh Ifat. Melalui kebun kelompok, mereka berharap agar bisa menjadi cara mengamankan bahan baku penganan lokal seperti singkong atau rempah.
Untuk memperkuat keberadaan kelompok perempuan, 23 Maret 2018 lalu diadakan diskusi penguatan kelompok oleh RMI. Diskusi ini bukan tanpa alasan mengingat kondisi kelompok perempuan Cirompang masih belum stabil dan orientasi kelompok perempuan yang belum jelas dalam beberapa hal mengingat intervensi yang dilakukan di Kasepuhan Cirompang belum lama dilakukan. Kesadaran dan makna filosofis dari berkelompok terus dilakukan guna menghindari anggota hanya sekedar berkumpul dan jauh dari tujuan awal berkelompok ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu (pertama) aspek organisasi kelompok yang di dalamnya meliputi merumuskan tujuan berkelompok, merumuskan aturan-aturan sederhana, dan penataan pengurus dan anggota. Aspek ini penting untuk memperjelas tujuan anggota masyarakat berkelompok, mengatur dan menertibkan jalannya kelompok serta memperjelas fungsi dan peran dari masing-masing pengurus. dan anggota.
Kedua, aspek administrasi. Kelompok adalah sebuah organisasi yang dinamis yang akan selalu berubah setiap saat. Perubahan-perubahan tersebut menyangkut perubahan keanggotaan, kepengurusan, kegiatan, keuangan dan lain sebagainya yang seluruhnya membutuhkan pencatatan. Berdasarkan hal tersebut maka pegembangan administrasi menjadi penting untuk diperhatikan. Adminisrasi kelompok yang baik akan membantu kelompok untuk memonitor perkembangan dan sebagai dasar penilaian kemajuan kelompok. Secara garis besar administrasi kelompok dapat dibedakan menjadi 2 yaitu administrasi organisasi dan administrasi keuangan. Oleh sebab itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah pembukuan, catatan-catatan pertemuan kelompok, dan dokumentasi kegiatan.
Ketiga, pengembangan kegiatan kelompok baik di bidang sosial maupun ekonomi. Penentuan jenis kegiatan harus dilakukan secara musyawarah dalam rapat anggota dengan kebijakan utama adalah usaha yang didirikan tidak boleh menjadi pesaing usaha anggota namun harus menjadi pendukung usaha yang dilakukan anggota.
Keempat, pengembangan permodalan. Dana merupakan salah satu faktor penting yang harus tersedia untuk menjalankan kegiatan kelompok. Berdasarkan sumbernya, keuangan kelompok dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sumber dari dalam kelompok (swadaya) dan sumber dari luar kelompok (hibah atau bantuan). Aspek keswadayaan sangat ditekankan kepada kelompok untuk menumbuhkan rasa kepemilikan di antara anggota kelompok dan mengurangi perilaku terlalu bergantung pada pihak lain. Pihak lain hanya sebagai stimulan bukan segalanya.
Kelima, kerjasama dengan pihak lain. Salah satu kunci keberhasilan kelompok adalah jika kelompok memiliki banyak jejaring misalnya dengan lembaga keuangan, pembeli potensial, pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan lain sebagainya. Aspek ini erat kaitannya dengan usaha yang sudah dikembangkan oleh kelompok. Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan usaha bagi kelompok adalah melakukan kemitraan dengan lembaga-lembaga tersebut.
Dengan usaha-usaha ini diharapkan kelompok yang sudah dan akan terbentuk di Cirompang akan semakin kuat dan jelas komitmennya sehingga potensi untuk bubar bisa lebih diminimalisir. Karena pada dasarnya mereka hanya butuh jembatan untuk dapat menyampaikan aspirasi ataupun keluh kesah mereka didalam berkelompok, kegiatan Diskusi Penguatan Kelompok ini juga merupakan jalan retasan untuk dapat memperkenalkan kelompok pada program program pemberdayaan dari lembaga pendamping dan pemerintah desa dan juga menjelaskan bagaimana aktivitas perempuan harus memiliki integrasi dengan pembangunan desa, sehingga Pemerintan Desa Cirompang perlu mengakomodasi kebutuhan dari aktivitas kelompok perempuan. Sehingga kelak perempuan cirompang dapat banyak dilibatkan dalam proses-proses pembangunan dan pengambilan keputusan di Kampung/Desa.
Oleh ; Yosfi Aldi dan Cindy Julianty (editor Reni A.)