Berupaya memaksimalkan pengelolan potensi Sumber Daya Alam (SDA) lokal secara berkelanjutan di Kasepuhan Pasir Eurih, Rimbawan Muda Indonesia (RMI) melaksanakan pelatihan pertanian organik bagi para Perempuan dari 3 kampung di Desa Sindanglaya Lebak, Banten. Dengan demikian warga Kasepuhan dapat memproduksi kebutuhannya sendiri dan mengurangi ketergantungan pasokan sayur-sayuran dari luar desa.
Demikian ditegaskan Sekretaris Desa Sindanglaya, Jajuli, saat membuka acara Pelatihan Budidaya Sayur Organik, di kantor Desa Sindanglaya, Kamis (27/7).
“Melalui pelatihan ini para peserta diharapkan bisa belajar bersama bagaimana caranya menanam sayuran sendiri. Supaya warga kita tidak kesusahan mencari cabai, dan tidak perlu menunggu dulu tukang sayur dari luar datang ke Pasir Eurih. Setelah pelatihan ini dan melakukan pengelolaan lahan yang baik, kami berharap desa kita bisa menjadi pemasok bagi para tukang sayur tersebut,” kata Jajuli.
Hadir dalam pelatihan tersebut 38 perempuan yang berasal dari 3 kampung dalam wilayah administrarif Desa Sindanglaya, yaitu Kampung Cibeas, Kampung Babakan Posek, Kampung Kasepuhan Pasir Eurih. Saat pelatihan tersebut RMI sengaja menghadirkan salah satu pakar pertanian organik, Candra Kirana yang juga Asesor Kompetensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Candra menyampaikan materi mengenai teknik pengolahan lahan, teknik penyemaian, pembuatan pupuk dan pestisida organik. Kepada peserta dia menerangkan berbagai seluk beluk pertanian organik. Menurut dia pertanian organik bukanlah ilmu yang statik, namun dapat dikembangkan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan lokal warga setempat.
“Pertanian organik itu bukanlah ilmu yang jadul (jaman dulu-red) tetapi sebuah pengetahuan yang terus berkembang mengikuti jaman,” kata Candra Kirana yang akrab disapa Jubir.
Salah satu peserta pelatihan, Juheti (33) mengaku beruntung sekali bisa mengikuti kegiatan itu, karena kini dia baru mengetahui bahwa proses pembuatan pupuk organik cukup mudah dilakukan. Kini dia mengetahui kalau pupuk urea yang dibuat pabrik dan dijual dipasar, ternyata bisa digantikan dengan bahan-bahan organik yang kaya akan nitrogen, seperti kotoran ayam dan kotoran bebek.
“Saya akan mempraktiknya untuk mengoptimalkan produksi kebun sayur yang sudah saya kelola selama ini,” kata Juheti yang juga anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Kampung Kasepuhan Pasir Eurih.
Peserta pelatihan lainnya, Wawat Suniawati (26), mengatakan bahwa jika para peserta sudah melaksanakan pertanian organik ini, maka dia yakin bahwa ibu-ibu di Kasepuhan Pasir Eurih secara perlahan-lahan bisa mengurangi ketergantungan pasokan sayuran dari luar desa, khususnya ketika warga melaksanakan perayaan Seren taun (sedekah bumi) yang membutuhkan pasokan sayuran yang tidak sedikit.
Koordinator Pengorganisasian Masyarakat RMI, Fahmi Rahman, mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan respon dari insiatif perempuan kasepuhan yang sangat tertarik mengembangkan pertanian organik.
“Kami sangat senang melihat antusiasme perempuan Kasepuhan selama pelatihan. Mereka selalu datang tepat waktu, aktif bertanya, dan bercerita tentang kegiatan pertanian yang sudah mereka lakukan. Semoga paska pelatihan, dapat memperkuat SDA lokal mereka” pungkas Fahmi.
***
Penulis: Novytya Ariyanti
(Staf Divisi Pengelolaan Pengetahuan RMI)