Judul :
IPHPS Komunal: Kebutuhan Lahan Ngahuma Masyarakat Baduy
Penulis:
Wahyubinatara Fernandez, Mardha Tillah
Penerbit:
RMI—Indonesian Institute for Forest and Environment
Tahun Terbit:
–
Rangkuman:
Masyarakat Baduy membutuhkan lahan tambahan untuk ngahuma. Pembatasan wilayah adat sejak 2001 dan tekanan populasi akibat laju pertumbuhan penduduk semakin mempersempit lahan yang dapat dimanfaatkan untuk ngahuma. Padahal, padi ladang, atau pare huma, bernilai spiritual dalam budaya Baduy sehingga dalam berbagai kesempatan memaksa terjadinya berbagai negosiasi budaya demi mengutamakan produksi pare huma untuk seluruh masyarakat Baduy. Negosiasi budaya ini berwujud kompromi atas beberapa aturan-aturan adat yang selama ini menjadi pengikat kehidupan yang selaras dengan alam di wilayah adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Karenanya, untuk menjaga agar perubahan budaya tersebut tidak terus terjadi, penyediaan lahan tambahan untuk berladang padi menjadi salah satu solusi.
Kajian ini hendak menunjukkan beberapa hal terkait permasalahan ketahanan pangan dan kelangsungan Budaya. Pertama, kajian ini menegaskan bagaimana pertambahan populasi dihadapkan dengan wilayah yang terbatas menjadi faktor signifikan dalam permasalahan ketahanan pangan serta berpotensi menyumbang pada permasalahan lingkungan jika dikaitkan dengan pengelolaan sumber daya alam yang dijalankan komunitas Baduy. Kedua, bagaimana kearifan lokal yang direpresentasikan oleh budaya ngahuma yang semakin tergerus oleh ekonomisme yang dihadirkan padi varietas unggul sejak revolusi hijau, justru berpotensi menjadi solusi potensial bagi permasalahan ketahanan pangan. Kajian ini merekomendasikan penyediaan wilayah berladang tambahan bagi Baduy di wilayah kelola Perum Perhutani dengan skema Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) karena dapat menjadi salah satu proyek pilot dari skema IPHPS yang dikelola secara komunal.