Sejak pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia, gerakan anak muda dampingan RMI, Relawan 4 Life, aktif melakukan kegiatan sederhana dan bermanfaat, seperti Diskusi Daring (Disaring). Sebagai kegiatan yang mendukung gerakan #physicaldistancing, diskusi ini dilakukan secara online, baik melalui aplikasi Zoom dan siaran langsung di Youtube Relawan 4 Life, atau siaran langsung di instagram @relawan4life. Disaring dilakukan untuk saling bertukar pikiran terkait isu-isu yang terjadi di lingkungan dan sosial.
Pada 21 dan 28 Juni 2020 diadakan Disaring 5. Disaring 5 ini dilakukan dua sesi, sesi pertama dengan topik “Konsep Gender Dalam Agama Islam”, dan sesi kedua dengan topik “Model Pergaulan Dalam Islam Apakah Sudah Final?”. Untuk baca artikel lengkapnya, silakan klik link berikut https://relawan4life.wordpress.com/2020/07/08/gender-dan-model-pergaulan-dalam-islam/
Pentingnya generasi muda berwawasan lingkungan, sosial dan berjiwa kepemimpinan, menjadi motivasi utama RMI mengadakan kegiatan Short Course atau Kursus Singkat seputar isu sosial dan lingkungan. Kursus singkat Relawan Lingkungan Untuk Perubahan Sosial yang dilakukan kali ini adalah Batch yang ke- 4, dilaksanakan di Bogor, 4-8 Maret 2020.
Kegiatan ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan RMI sejak 2016. Hingga saat ini, Short Course RMI sudah menelurkan 60 alumni dari tiga kali penyelenggaraan. Short Course ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai universitas, mulai dari Universitas IPB, Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Islam Negeri Semarang, Universitas Pembangunan Jaya, Universitas Indraprasta, Universitas Kristen Indonesia, dan juga oleh para penggerak lingkungan muda yang tidak duduk di bangku pendidikan tinggi.
Selama lima hari berkegiatan bersama, 18 peserta yang terdiri dari 12 perempuan dan 6 laki-laki ini mempelajari isu-isu sosial dan lingkungan, serta keterhubungan antar berbagai isu tersebut beserta konteks yang melatarbelakanginya. Seperti bagaimana peran integral pemudi/a untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada saat ini. Pada kegiatan ini peserta diajak untuk berpikir kritis, sistematis, dan menyeluruh dalam menganalisa persoalan-persoalan di lingkungan mereka.
Materi yang disampaikan pada pelatihan ini antara lain Mindfulness & Kepemimpinan, Kebijakan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA), Kesetaraan Jender & Inklusi Sosial, Etika Lingkungan, Ekologi Politik, Kebijakan dalam PSDA, Kemiskinan Struktural, Ekonomi dan Kearifan Lokal, kemudian dilanjutkan dengan observasi sosial di lingkungan sekitar lokasi pelatihan. Materi short course ini disusun secara sistematis, dan disampaikan dengan metode-metode yang menyenangkan, sehingga membuat peserta tidak bosan, serta memudahkan peserta untuk menemukan benang merah yang mengikat tiap materi yang disampaikan sehingga menjadi satu pemahaman utuh.
Materi yang dipelajari
Pada hari pertama, kegiatan yang dilakukan adalah saling mengenal satu sama lain, baik sesama peserta maupun dengan panitia. Perkenalan dilakukan dengan menggunakan permainan-permaianan, seperti ‘Box Gua Banget’, di mana peserta diminta untuk mengkreasikan kotak yang sudah disediakan sehingga bisa menggambarkan diri masing-masing, setelah itu dipersentasikan. Kemudian, dilanjutkan dengan pengenalan isu-isu yang sesuai dengan materi short course, di mana ditekankan bagaimana isu-isu yang akan dipelajari tidak benar-benar berdiri sendiri. Setelah itu peserta juga diajarkan metode melatih Mindfulness, di mana peserta diajak untuk sama-sama melatih fokus dengan cara mengatur pernafasannya. Hal ini dilakukan untuk membantu peserta untuk memusatkan perhatian sedemikian rupa dan menghayati apa yang sedang dilakukan, sehingga peserta sadar dan peka terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar, serta menjadi pribadi yang tidak mudah menghakimi. Short Course hari pertama ditutup dengan menonton film pendek tentang peran jender di tengah masyarakat, yang berjudul The Impossible Dream.
Hari kedua, peserta diajak untuk menuliskan kriteria perempuan dan laki-laki, sebagai materi lanjutan dari sesi menonton film pendek The Impossible Dream, yaitu materi ‘Penganalan Konsep Jender’. Selain itu peserta juga diajak untuk menguji bias implisit yang ada dalam benak diri masing-masing. “Apa yang terlintas ketika mendengar kata jomblo, orang Cina, santri, anak-anak, perempuan, orang kota, orang kampung, dan orang orang terpelajar, dan lain-lain”. Dalam sesi ini peserta menyadari bahwa mereka sulit untuk menuliskan bias-bias apa saja yang ada pada kelompok-kelompok tersebut. Pemateri, menutup sesi ini dengan menjelaskan bahwa bias itu bersifat subjektif dan cenderung tidak bisa dihindari. Namun, yang terpenting adalah setiap orang perlu membuka pikiran agar bisa mengurangi bias-bias tersebut dan sadar bahwa sedang dalam kondisi bias. Pada sesi yang lainnya, peserta lebih banyak diajak untuk diskusi dan memainkan peran. Materi-materi yang dipelajari antara lain Kepemimpinan Inklusif, Komunikasi dan Negosiasi, dan Etika Lingkungan. Narasumber dalam sesi Etika Lingkungan menyampaikan materi mengenai sejarah perkembangan etika lingkungan serta gagasan-gagasan utamanya, mulai dari antroprosentrisme hingga ekofeminisme.
Hari ketiga, peserta mempelajari materi tentang Kebijakan PSDA, Jender dan PSDA, Ekologi Politik, Persiapan Observasi Sosia, dan Kemiskinan Struktural.
Peserta diajak untuk menyusun puzzle-puzzle yang melingkupi kompleksnya PSDA di Indonesia. Masalah PSDA saat ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah penguasaan lahan sejak jaman kolonial. Permasalahan semakin kompleks ketika kebijakan PSDA yang dibuat oleh pemerintah saat ini, jarang membuka ruang keterlibatan masyarakat. Hal-hal tersebut dianggap menjadi pemicu konflik antara masyarakat dan negara. Peserta juga diajak merasakan menjadi masyarakat yang dirugikan dari peraturan dan kebijakan-kebijakan tersebut sehingga membuat masyarakat marjinal tidak memiliki kesempatan untuk berkembang.
Hari keempat, dimulai dengan pemaparan materi mengenai Ekonomi dan Kearifan Lokal. Sesi ini menjelaskan tentang bagaimana kearifan lokal bisa mendukung ekonomi masyarakat pedesaan sambil secara bersamaan melestarikan lingkungan, tentunya didukung dengan pembangunan manusia. Kegiatan hari keempat kemudian dilanjutkan dengan observasi sosial di lingkungan sekitar lokasi penginapan.
Hari terakhir, peserta diajak bermain untuk mempelajari tentang Keberlanjutan SDA, Sharing Tentang Kerelawanan, dan membuat rencana tindak lanjut kemudian dilanjutkan dengan orientasi peserta.
Metode yang menyenangkan
Penggunaan metode yang menyenangkan juga membuat kegiatan ini menjadi seru, dan juga membuat materi yang disampaikan dapat terserap optimal oleh peserta. Seperti, diskusi kelompok, permainan, melakukan seni peran, tugas individu, dan team building merupakan metode yang digunakan untuk menyampaikan materi-materi yang terkesan berat selama kegiatan.
Pemateri dan fasilitator memahami betul bagaimana cara menyampaikan materi yang terkesan berat dengan metode-metode yang sederhana, seperti permainan “Minta Dong!” yang digunakan untuk menyampaikan materi Kemiskinan Struktural pada hari ketiga dan permainan. “Mancing Mania” yang digunakan untuk menyampaikan materi Keberlanjutan SDA hari terakhir.
Misalnya pada permainan “Mancing Mania”, awalnya pemateri meminta komitmen seluruh peserta untuk bermain, kemudian dibentuk menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok menentukan nama yang akan dipakai dan diberikan alat pancing. Pemateri telah menyiapkan ikan-ikan yang dibuat dari kertas dan sudah bersebaran. Permainan ini dilakukan dalam delapan babak, setiap babak peserta hanya boleh mengambil lima ekor ikan, jika lebih maka akan dikembalikan ke tempat semula. Setiap berakhirnya babak memancing ikan, poin yang didapat di list oleh panitia, dan setiap babak pemateri akan menaruh 10% dari sisa ikan yang masih tersedia.
Permainan ini diluar dugaan peserta karena berhasil mendekatkan konsep keberlanjutan kepada peserta. Dalam realita ada masyarakat atau perusahaan yang mengambil sumber daya alam secara terus-menerus atau ekstraktif-eksploitatif, sehingga membuat sumber daya alam yang tersedia menipis. Bahkan, kegiatan-kegiatan tersebut terkadang juga didukung oleh pemerintah dalam rangka menaikan pertumbuhan ekonomi.
Refleksi dari permainan ini antara lain perubahan sistem, dan cara pandang mengenai konsep keberlanjutan sumber daya alam. Di mana antar kelompok perlu melakukan diskusi untuk menjaga sumber daya alam yang tersedia, sehingga tidak menipis atau punah. Tapi hal tersebut bukan satu-satuya cara. Melihat suatu kebijakan yang disusun oleh pemerintah lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan politik, maka kontribusi Organisasi Masyarakat Sipil menjadi vital karena mereka memiliki potensi dalam merancang program pemberdayaan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan berorientasi pada perubahan perilaku (behavioural change) masyarakat.
Akhirnya, rangkaian kegiatan short course ditutup. Kegiatan ini menjadi salah satu bagian yang mengesankan karena setiap peserta menyampaikan rencana mereka ke depan setelah mengikuti kegiatan short course, setelah itu mereka melompat ke kolam renang. Setelah kegiatan ini diitutup, peserta diharapkan dapat menyebarluaskan kebermanfaatan dari kegiatan ini, dan lebih banyak pemuda yang dapat bergerak dan menggerakkan di lingkungannya masing-masing.
Penulis: Siti Marfu’ah
Editor: Wahyubinatara Fernandez & Dinda Tungga Dewi
Silakan klik link berikut untuk melihat tanggapan peserta mengenai kegiatan Kursus Singkat ini :
LEBAK- Sixteen participants consisting of activists; indigenous young leaders; observers of Indigenous Peoples issues, natural resource management, and environmental justice from 15 countries together with local communities, learn and exchange knowledge as a form of support to the management of customary forests by Kasepuhan Karang in Jagaraksa Village, Lebak Regency, Banten on September 21-23 2018. Kasepuhan Karang Customary Forest was …
LEBAK- Enam belas peserta yang terdiri dari aktivis; pemimpin muda adat; pemerhati isu masyarakat adat, pengelolaan sumber daya alam, dan keadilan lingkungan dari 15 negara bersama-sama dengan masyarakat lokal, belajar dan saling bertukar pengetahuan mendukung pengelolaan hutan adat oleh Kasepuhan Karang di Desa Jagaraksa, Kabupaten Lebak, Banten pada tanggal 21-23 September 2018. Hutan adat Kasepuhan Karang dipilih sebagai lokasi kunjungan …
Antusiasme kaum muda akan permasalahan lingkungan dan perubahan sosial nampak dalam banyaknya pendaftar Short Course Relawan Lingkungan untuk Perubahan Sosial Batch ke-2 yang melebihi jumlah pendaftar pada batch pertama tahun 2016 lalu. Setelah melalui proses seleksi, dari total 47 pendaftar telah dipilih 20 orang yang berhak mendapatkan beasiswa untuk mengikuti kegiatan ini. Berikut hasil seleksi tersebut: Martina Fandasari – Sokola Rimba, Jambi – 0812xxxxx623 …
RMI adalah sebuah organisasi pergerakan yang memandang generasi muda, khususnya mahasiswa/i sebagai aspek penting dalam mendukung kerja-kerja sosial dan pengabdian masyarakat. Mahasiswa/i sebagai agen perubahan, akan memberikan dampak positif yang signifikan apabila peran aktifnya dapat disalurkan melalui berbagai program yang langsung berhubungan dengan masalah sosial dan lingkungan.
Pada tahun 2018 ini, RMI bermaksud untuk mengadakan kursus singkat “Relawan Lingkungan untuk Perubahan Sosial (Batch 2)”, setelah pada tahun 2016 kursus yang pertama diadakan dan diikuti oleh 20 orang. Melalui kursus ini peserta akan akan dibekali pengetahuan, wawasan dan jaringan untuk membekali sekaligus meningkatkan kesiapan mereka agar dapat beraktivitas sesuai kapasitas masing-masing, dan tetap berkontribusi pada keadilan lingkungan dan sosial.
Metode yang digunakan pada short course ini adalah metode fun learning, reflektif untuk membangun kesadaran kritis bagi peserta. Peserta akan diajak untuk berpikir luas, lalu mendalam guna melihat alternatif-alternatif pemecahan masalah.
“Banyak pemgalaman baru yang gue dapet dari short course, selain nambah temen, wawasan, juga attitude. Pematerinya keren, bukan cuma backgroundnya, cara penyampaiannya pun disesuaikan dengan kondisi peserta sehingga mudah dimengerti. Proses seleksi pesertanya juga kayaknya ketat ya, jadi bisa punya temen yang juga punya wawasan luas di bidangnya, jadi bisa saling share ilmu. Ada sedikit catatan sih, kalau bisa ada satu waktu setelah shortcourse, kasih ruang untuk dipraktekin, supaya lebih ngelotok ilmu yang dibawa dari shortcourse. Keren lah, mantap!”
Ade Ridwan – Peserta Short Course Relawan Lingkungan Batch 1
“Short course relawan lingkungan untuk perubahan sosial adalah first crush saya pada isu isu lingkungan, ini short course ternagih dan terkeren yg pernah saya ikutin. Kita bener-bener bisa melek dan sadar bahwa banyak banget masalah sosial disekitar kita tapi bukan dengan cara yang ngebosenin. Bukan cuma dengerin narsum sampein materi dan teori-teori yang sulit dimengerti. Kita belajar dengan cara yang fun, susah ditebak, challenging, dan misterius, gak berasa lagi belajar pokonya!! Plus kita bisa dapat temen dari berbagai disiplin ilmu, jadi tambah pengetahuan dan tambah jaringan pertemanan!”
Cindy Julianty – Peserta Short Course Relawan Lingkungan Batch 1
Pendaftaran:
Pendaftar adalah mahasiswa/i, atau mewakili kelompok masyarakat usia 17-22 tahun
Mengisi dan menyerahkan Formulir Peserta dan Foto (unduh di sini)
Menulis dan mengumpulkan esai sebanyak 500-800 kata (format A4, Word, margin normal, font times new roman, ukuran 12) dengan pilihan tema: Hak Asasi Manusia, Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pendidikan Alternatif, atau Masyarakat Adat. Esai yang ditulis perlu menjabarkan tentang: Keadaan umum permasalahan / potensi, Pendapat Anda tentang tema yang diambil, Alternatif pemecahan masalah yang Anda sudah lakukan
Kedua file tersebut dikirimkan ke email sifu@rmibogor.id, dan di CC ke indra@rmibogor.id, selambat-lambatnya tanggal 10 Juli 2018. Panitia akan mengumumkan kepesertaan pada tanggal 13 Juli 2018 melalui Instagram dan Facebook Page Yayasan RMI Bogor.
Peserta yang sudah terseleksi akan dihubungi kembali dan diminta menyerahkan commitment fee sebesar Rp 150.000 yang akan diserahkan kembali kepada peserta saat mengikuti short course (commitment fee tidak dikembalikan kepada peserta yang mengundurkan diri). Peserta yang tidak menyerahkan commitment fee sampai tanggal 17 Juli 2018 akan dianggap mengundurkan diri sehingga kepesertaannya dapat digantikan oleh orang lain.
Peserta terpilih wajib membawa sumbangan 3 buku bacaan anak / remaja/dewasa (bekas) untuk didonasikan ke perpustakaan kampung, yang diserahkan saat mengikuti short course.
RMI menyediakan beasiswa bagi peserta yang meliputi akomodasi, konsumsi selama pelatihan, transportasi bersama dari kantor RMI menuju lokasi pelatihan (pulang pergi). Pengeluaran di luar hal-hal yang sudah disebutkan tadi ditanggung oleh peserta sendiri.
Panitia akan menyediakan akomodasi dan konsumsi selama pelatihan. Transportasi dari tempat peserta ke lokasi pelatihan atau sebaliknya, ditanggung peserta. Apabila ada training kit atau copy materi dari narasumber, akan diberikan saat pelatihan berlangsung. Panitia akan memberikan sertifikat pelatihan.
Kontak
Silahkan menghubungi Sifu (0818 0711 7488) untuk informasi lebih lengkapnya.