Foto bersama peserta Green Camp 2022 (Dokumentasi RMI diambil oleh Eki)
Generasi muda hari ini, dihadapkan dengan permasalahan sosial-lingkungan yang serius seperti krisis iklim, degradasi kualitas lingkungan hidup dan konflik tenurial yang berkepanjangan. Melihat hal itu, RMI merasa perlu untuk menciptakan wadah pembelajaran yang memantik kesadaran kritis generasi muda urban dan rural terhadap kelestarian alam. Dengan harapan generasi muda mampu melihat urgensi permasalahan sosial-lingkungan dan memecahkan masalah tersebut di masa mendatang.
Untuk memantik kesadaran kritis akan permasalahan sosial-lingkungan bagi generasi muda, RMI mengadakan Green Camp 2022 sebagai wadah pembelajaran kritis. Green Camp merupakan program tahunan RMI yang sebelumnya sudah enam kali diselenggarakan sejak tahun 2011. Green Camp seri ketujuh ini diselenggarakan di Kasepuhan Pasir Eurih, Desa Sindanglaya, Lebak, Banten selama empat hari dan tiga malam. RMI berkolaborasi dengan Relawan4life, KATA, Pemuda dari berbagai Kasepuhan dan tentunya Peserta Green Camp 2022. Green Camp adalah wadah pertukaran pengetahuan sosial-lingkungan antara generasi muda urban dan rural yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas, meningkatkan kesadaran keberagaman dan memantik kesadaran kritis generasi muda. Di sisi lain, bagi peserta Green Camp 2022 manfaat yang didapatkan adalah pengalaman mengenai kehidupan pedesaan khususnya di wilayah masyarakat adat Kasepuhan, pendalaman pengetahuan mengenai isu sosial-lingkungan dan mengkontekstualisasikannya dalam pengalaman selama berada di lingkungan Kasepuhan serta dapat terhubung dengan generasi muda Kasepuhan.
Foto pembukaan acara Green Camp 2022 bersama Abah Maman (Dokumentasi RMI diambil oleh Eki)
Hari pertama, kegiatan dibuka oleh Abah Maman, tokoh kepemudaan di Kasepuhan Pasir Eurih. Ia membuka acara sekaligus menyambut para peserta Green Camp 2022. Selib lanjut, ia menjelaskan mengenai gambaran umum masyarakat Kasepuhan Pasir Eurih, wilayah adat dan aturan adat yang berlaku di sana. Secara khusus, Ia mengatakan aturan adat mengenai rukun tani atau rukun tujuh. Selanjutnya, Ia menjelaskan beberapa aturan lain seperti zonasi hutan adat di sana dan beberapa pamali atau larangan adat di sana kepada para peserta Green Camp 2022.
Keesokan harinya, kegiatan dimulai dengan gelar wicara dengan generasi muda Kasepuhan yang menjadi narasumbernya. generasi muda Kasepuhan yang hadir berasal dari Kasepuhan Bayah, Kasepuhan Karang, Kasepuhan Pasir Eurih, Kasepuhan Cibeas, Kasepuhan Cibarani dan Kasepuhan Cibeas. Dalam kesempatan itu, generasi muda dari berbagai Kasepuhan yang hadir menjelaskan aktivitas sehari-hari mereka dan mengenalkan komunitas pemuda yang ada di Kasepuhan masing-masing. Persamaan antara seluruh Kasepuhan adalah sama-sama berada di wilayah Sunda dan melaksanakan rukun tani termasuk seren taun. Sedikit berbeda, Sucia, generasi muda Kasepuhan Bayah mengatakan perbedaan dengan Kasepuhan lain. Sucia mengatakan bahwa Kasepuhan Bayah berada di wilayah pesisir. Oleh karenanya, disana tidak ada seren taun yang merupakan bagian dari rukun tani karena mata pencaharian di Bayah mayoritasnya adalah nelayan. Meskipun begitu, di Bayah juga terdapat ritual yaitu sedekah laut. Selain itu, mereka juga menjelaskan aktivitas dan pemberdayaan generasi muda di Kasepuhan masing-masing dan yang tak kalah penting, mereka juga menjelaskan bagaimana transfer pengetahuan adat antara baris olot dan generasi muda Kasepuhan. Rata-rata generasi muda Kasepuhan aktif berkegiatan dalam acara peringatan hari besar dan peringatan hari besar Islam. selain itu, kegiatan generasi muda Kasepuhan juga mengembangkan potensi ekonomi seperti pengolahan kopi dengan merek Kobaki di Karang dan penanaman pohon buah di Cirompang. Sedangkan di Cibarani, aktivitas yang sedang dijalankan adalah pemetaan sosial-spasial mengenai potensi lokal Kasepuhan. Tak kalah penting, transfer pengetahuan adat di masing-masing Kasepuhan memiliki caranya masing-masing. Misalnya di Bayah, Cibedug, Cibarani dan Karang lewat pengajaran di keluarga, lewat kurikulum sekolah adat di Cirompang dan Pasir Eurih. Dari sesi ini peserta Green Camp 2022 mendapatkan banyak pemahaman mengenai relasi sosial dalam transfer pengetahuan adat antara kokolot dan generasi muda termasuk pengajaran di tingkat keluarga, relasi ekologis melalui ritual rukun tani dan sedekah laut. serta zonasi hutan adat dan relasi spiritual melalui aturan adat dan zonasi hutan adat titipan (wilayah hutan yang yang dititipkan leluhur).
Foto peserta SPORA Batch V Green Camp 2022 (Dokumentasi RMI diambil oleh Eki)
Setelahnya, peserta dipersilahkan untuk membagi kelompok untuk mobilisasi menuju wilayah Kasepuhan yang sudah ditentukan yaitu huma, kebon, panai besi, sawah, saung penyadap aren dan eksplorasi tanaman obat sekitar. Peserta didampingi oleh para generasi muda Kasepuhan sehingga peserta punya kesempatan untuk bertanya ataupun berdiskusi mengenai setiap hal yang ditemui sepanjang perjalanan sekaligus memperdalam pemahamannya mengenai lingkungan sekitar dan mengkontekstualisasikan pengetahuan yang dimiliki masing-masing peserta. Selanjutnya, peserta berkumpul kembali di saung seni dan menceritakan pengalaman setiap kelompoknya melalui media gambar sederhana situasi yang ditemui. Dari situ, peserta Green Camp 2022 dapat mengidentifikasi aktivitas keseharian masyarakat Kasepuhan, mata pencaharian dominan yang ada di sana dan mendapatkan pemahaman spasial di wilayah Kasepuhan Pasir Eurih. Menurut cerita kelompok yang berkunjung ke huma, peserta merasakan gotong royong antara masyarakat yang sedang membuat saung di huma yang bertujuan untuk tempat beristirahat. Di sisi lain, kelompok yang mengunjungi komplek panai besi menceritakan mengenai proses panjang pembuatan golok dari pencarian bahan dasar, penempaan dan harga jualnya. Yang tak kalah menarik adalah kelompok yang mengitari wilayah untuk mencari tanaman obat. Ternyata, terdapat banyak sekali tanaman obat di sekitar wilayah Kasepuhan Pasir Eurih yang mampu diidentifikasikan oleh peserta Green Camp 2022 dengan bantuan Abah Uding sebagai petugas Ronda Leuweung dan Euis, generasi muda Kasepuhan Pasir Eurih yang ikut mendampingi kelompok. Salah satu yang diidentifikasi kelompok adalah buah pinang merah yang berkhasiat mengobati penyakit paru-paru dengan cara direbus lalu diminum airnya.
Makan malam bersama (Dokumentasi RMI diambil oleh Eki)
Lelah beraktifitas seharian, kegiatan sore hari dilanjutkan dengan menyiapkan makan malam bersama dengan penduduk Kasepuhan Pasir Eurih. Peserta disebar di beberapa rumah untuk memasak. Sambil memasak, peserta bisa berinteraksi dengan pemilik rumah dan melihat proses memasak yang unik di sana seperti memasak menggunakan hawu, seeng dan aseupan dan memperdalam kehidupan sehari-hari yang telah diamati sebelumnya.
Peserta Green Camp 2022 berfoto di depan pameran hasil observasi (Dokumentasi RMI diambil oleh Eki)
Hari ketiga, peserta diajak untuk melakukan dokumentasikan apapun yang dianggap menarik oleh peserta di wilayah Kasepuhan Pasir Eurih. Setelah menemukan sesuatu yang unik, peserta diinstruksikan untuk mencari info, menuliskan dan memfoto objek itu. Hasil pengumpulan dokumentasi kemudian dirangkai menjadi bentuk pameran sederhana. di Pameran karya peserta Green Camp dapat ditemui banyak hal seperti Beragam hal yang dianggap menarik oleh peserta, ada yang mengamati pohon jambu besar berumur ratusan tahun, leuit dan ada juga yang mengamati aktivitas masyarakat sekitar. Hadirnya peserta Green Camp 2022 urban ternyata menghadirkan perspektif baru karena mereka tertarik ketika melihat benda yang oleh generasi muda Kasepuhan dianggap biasa karena di kehidupan sehari-hari di urban sangat berbeda dengan apa yang ada di wilayah Kasepuhan Pasir Eurih. Tak lama setelah itu, peserta Green Camp 2022 membuat malam apresiasi seni bersama yang melibatkan seluruh entitas yang ada di situ dan boleh menampilkan kebolehannya. Berbagai penampilan cukup menarik dan menghibur seperti stand up comedy, pembacaan puisi berantai dan angklung buhun. Malam apresiasi seni ini sekaligus menjadi rangkaian acara terakhir Green Camp 2022 sebelum peserta pulang ke Bogor keesokan harinya.
Secara keseluruhan, keterlibatan dan interaksi seluruh pihak di Green Camp 2022 menyumbang besar pada ketercapaian tujuan kegiatan ini. Peserta bisa mengobservasi langsung kehidupan masyarakat adat, memperdalam dan menghubungkan pemahaman mengenai isu sosial-lingkungan dengan masyarakat adat dan menciptakan hubungan antara pemuda Kasepuhan dengan peserta Green Camp 2022. Ketiganya dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang difasilitasi oleh RMI. Selain itu, Green Camp 2022 juga mendapatkan respon positif dan pembelajaran kedepannya. Sesuai dengan pendapat Anggi, salah satu peserta Green Camp 2022, mengatakan “Seneng banget bisa ikut kegiatan green camp sama RMI, banyak banget kebudayaan yang enggak aku tahu (sebelumnya) misalnya angklung buhun. Terus, harapannya, untuk green camp selanjutnya semoga bisa meningkatkan kegiatan inovatif kayak gini” Peserta lain memberikan tanggapan yang cukup berbeda seperti Shafa yang berasal dari Kalimantan Barat mengatakan “(disini) Belajar banyak tentang bahasanya (Bahasa Sunda), bagaimana perekonomian disini dibangun, kita di rumah (penduduk Pasir Eurih) banyak ngobrol-ngobrol tentang bagaimana sih kehidupan masyarakat disini.” Di sisi lain, Juan, generasi muda Kasepuhan Pasir Eurih, berkata “Banyak pengalaman, baik dari temen-temen dari luar, mahasiswa, peserta Spora, RMI dan juga masyarakat di sini. Banyak juga pengetahuan yang kami jadi tahu dan juga menambah persaudaraan dengan yang lain.
Kedepan, Harapannya, semangat Green Camp 2022 bisa menjadi pengalaman berharga sekaligus langkah awal kesadaran generasi muda akan keberagaman dan eksistensi masyarakat adat yang selama ini mengesamping dari wacana mainstream. Di sisi lain, keberadaan masyararakat adat, khususnya generasi muda masyarakat adat, diharapkan mampu memberikan pembelajaran bagi generasi muda perkotaan.
Penulis: Rifky Putra Kurniawan
Editor: Siti Marfu’ah