LEBAK-Para guru sekolah dasar di Desa Cirompang dan Jagaraksa, Kabupaten Lebak, Banten, mengajak anak-anak didik mereka untuk menata pekarangan sekolah menjadi kebun dengan aneka ragam tanaman. Kebun ini juga sebagai media pembelajaran yang dapat terintegrasi dengan mata pelajaran sekolah.
“Kebun ini dibuat setelah ada pelatihan tentang integrasi lingkungan hidup. Kami tertantang untuk membuat kebun dan menjadikan kebun ini sebagai media belajar,” ujar Heryawati, guru SDN 01 Cirompang.
Pelatihan yang dilaksanakan Bulan April lalu tentang “Integrasi Lingkungan Hidup dalam Pembelajaran di Sekolah” rupanya memberi semangat bagi para guru untuk menyediakan media belajar baru bagi anak-anak. Jika biasanya kegiatan belajar mengajar hanya dilakukan di dalam kelas, kini para guru mulai mengajak anak-anak untuk belajar di luar kelas.
Meskipun belum optimal, para guru mulai mempraktekkan hasil pelatihan, yakni mengintegrasikan kebun sekolah dengan mata pelajaran yang diajarkan. Pemilihan kebun sekolah sebagai media belajar juga sebagai upaya untuk mendekatkan anak-anak kepada budaya pertanian yang dekat dengan kehidupan mereka.
“Sekarang kan mulai jarang anak-anak yang dibawa ke kebun, nah dengan kebun ini jadi mengenalkan mereka lagi kepada kegiatan-kegiatan pertanian,” tambah Heryawati.
Selain di Desa Cirompang, pembuatan kebun sekolah juga dilakukan di Desa Jagaraksa. SDN 01 dan 02 Jagaraksa yang juga mendapatkan pelatihan serupa akhir Bulan April lalu, mulai menyiapkan lahan dan melakukan penanaman. Annes Prawati, guru SDN 02 Jagaraksa, mengakui manfaat dari kegiatan berkebun ini dengan proses belajar mengajar.
“Kebun ini jadi penting sebagai media pembelajaran, anak-anak jadi tidak hanya belajar dari buku tapi juga dari lingkungan sekitar sekolah, salah satunya kebun ini,” ujar Annes.
Seluruh proses berkebun tidak hanya dikerjakan oleh guru, tapi juga melibatkan para murid. Di SDN 01 Cirompang, setiap kelas memiliki tanggung jawab sendiri untuk merawat kebunnya masing-masing. Di SDN 02 Jagaraksa, anak-anak membawa benihnya sendiri dari rumah, lalu menanamnya di kebun sekolah. Para guru di Cirompang dan Jagaraksa berharap anak-anak didik mereka semakin melihat kegiatan pertanian atau berkebun sebagai kegiatan yang menyenangkan, sehingga mereka tidak meninggalkan budaya bertani yang merupakan identitas mereka.
“Yang jelas anak-anak juga jadi lebih menghargai proses penyediaan makanan yang mereka makan dan belajar menyediakan pangan tanpa harus beli,” tambah Annes.
Oleh: Indri Guli (Staf Divisi Pengelolaan Pengetahuan RMI)