Tagatay – Filipina, International Land Coalition (ILC) mengadakan acara yang bertajuk “Design Workshop of The ILC Asia Leadership Program” pada tanggal 10 – 12 Mei 2018 dengan tujuan untuk menyusun draft/konsep pelatihan kepemimpinan pemuda di tingkat Asia. Terdapat beberapa lembaga yang berpartisipasi pada acara ini selain Rimbawan Muda Indonesia (RMI). Dari Indonesia misalnya, ada Sajogyo Institute (SAINS) dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Sedangkan dari negara Asia lain, yakni EKTA Parishad, Marag (India), CSRC (Nepal), ALRD (Bangladesh), Star Kampuchea (Kamboja), KAFLU (Kyrgiztan), PAFID, TFM, XAES, PAKISAMA, AFA (Filipina), PROCASUR, ILC dan ANGOC (regional/internasional).
Dalam workshop ini, pada hari pertama peserta mengungkapkan pengalaman-pengalaman mereka terkait kepemimpinan, dengan metode bercerita. Hal-hal yang diceritakan meliputi: milestone/langkah – langkah setiap orang, program – program yang berpengaruh dan elemen pelatihan apa yang perlu diadakan. Kesemuanya ini dilakukan untuk mendapatkan insight mengenai konsep-konsep pelatihan yang dapat menjadi standard bagi pelatihan kepemimpinan yang akan dirancang dan dilaksanakan.
Workshop hari kedua adalah presentasi mengenai hasil riset di Amerika Latin (oleh ILC Latin America), program pelatihan yang sudah diadakan oleh ILC di Afrika, dan secara global (oleh PROCASUR). Diskusi kemudian dilakukan untuk menyimpulkan kesamaan-kesamaan elemen yang diperlukan untuk merancang sebuah pelatihan kepemimpinan tingkat Asia yang efektif bagi target utama yang disepakati (aktifis muda). Ada beberapa hal yang muncul dan menjadi point acuan ketika mengadakan pelatihan kepemimpinan nantinya.
Kuota pelatihan yang direncanakan untuk tiap negara adalah 2 orang (1 orang second liner, 1 orang dari masyarakat/akar rumput), dengan total perkiraan 16-20 orang yang akan hadir mengikuti pelatihan, dengan memperhatikan keseimbangan gender dan hal terkait regenerasi (senior – junior). Format pelatihan direncanakan dalam bentuk pembelajaran dalam kelas dan luar kelas. Rencananya pelatihan tersebut akan diadakan pada bulan Agustus sebelum berlangsungnya acara Global Land Forum – GLF (September 2018). Point penting lainnya dalam perencanaan pelatihan ini adalah pelatihan yang direncanakan bersifat afektif serta metodologi yang memudahkan peserta mendapatkan pengetahuan dengan materi yang beragam seperti: kampanye, community organizing, advokasi, dan lain-lain.
Pada kegiatan ini, Indra N Hatasura dari perwakilan RMI juga mempresentasikan proposal Commitment Based Initiative 7 (Inclusive Decision Making) salah satu komitmen ILC pada isu Youth and Land, dimana RMI berperan sebagai koordinator project untuk wilayah Asia, untuk menselaraskan dan mensinergikan kegiatan dengan pelatihan yang akan diadakan.
Meskipun berlangsung lebih lama karena melibatkan banyak orang dari berbagai negara dan budaya yang berbeda – beda, workshop desain pelatihan kepemimpinan menjadi menarik dan penuh pembelajaran karena masukan/saran hal – hal kecil yang menarik dan penting dari peserta sehingga lebih kaya dan matang secara konsep. Misalnya dalam konsep pelatihan kepemimpinan ini nantinya akan mengundang masyarakat lokal sebagai peserta pelatihan, namun tidak semua masyarakat lokal bisa berbahasa Inggris, maka untuk mengatasi hal tersebut akan mengundang dua peserta dari setiap negara dengan komposisi satu orang berasal dari masyarakat lokal dan seorang lagi dari lembaga pendamping yang nantinya dapat membantu masyarakat dalam memahami materi pelatihan dengan lebih baik.
Sebagai hasil akhir workshop tercapai beberapa kesepakatan dan desain/konsep dasar pelatihan kepemimpinan, yang akan dirampungkan oleh lembaga Asian Farmer Assosciation (AFA) dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Semoga sukses dan bertemu kembali pada Agustus 2018.
Oleh : Indra N.Hatasura (ed.Reni A.)