Search

Kabar Terbaru

Cisadane River Watch

CRW (Cisadane River Watch) adalah komunitas yang dibentuk untuk meningkatkan rasa peduli masyarakat terhadap Sungai Cisadane di Jawa Barat (Indonesia). Kelompok ini  beranggotakan  Guru, Pelajar Sekolah, dan Komunitas Masyarakat. Aktifitas CRW dan kelompoknya berada di tiga wilayahaliran Sungai Cisadane, yaitu:
Hulu Sungai Cisadane di perbatasan Sukabumi-Bogor, dengan kelompok yang terlibat:
SMAN 1 Cigombong, SMA Harapan Bangsa, MTs.Mazro’atussibyan, dan Komunitas Lindalang.
2.      Bagian tengah Sungai Cisadane di bagian Kota Bogor, dengan kelompok yang terlibat:  SMP 13, SMA Plus BBS (Bina Bangsa Sejahtera), SMA Kornita IPB dan Komunitas JERAMI (Jejak Ramah Bumi).
3.      Bagian hilir Sungai Cisadane di bagian Kota Tanggerang, yaitu:  SMA N 12 Tanggerang dan Komunitas Tabur Mangrove.
Inisiasi CRW berawal dari aktifitas pelatihan biomonitoring yang diadakan pada bulan Januari 2014 di Bogor oleh Yayasan RMI (Rimbawan Muda Indonesia), dimana pelatihan ini diikuti oleh tujuh sekolah dari Kota Bogor dan Tangerang.
Pembentukan Cisadane River Watch ini adalah bagian dari RTL (Rencana Tindak Lanjut) dari pelatihan biomonitoring tersebut.  Biomonitoring  sendiri adalah sebutan bagi salah satu metode untuk mengukur kualitas air berdasarkan keberadaan makhluk hidup tertentu (umumnya adalah invertebrata sebagai bioindikator air). Metode biomonitoring dipergunakan karena alasan kemudahan dan kepraktisan dalam mempraktikannya. Dengan buku panduan, sedikit pembekalan dengan mudah siswa-siswi dapat mengukur ketercemaran suatu lokasi perairan.
Ke tujuh sekolah yang mengikuti pelatihan biomonitoring, berkomitmen untuk melakukan aktifitas biomonitoring sebulan sekali.
Jeda sebulan setelah pelatihan biomonitoring tersebut, kami (Mahmud dan Rahma) yang menjadi koordinator CRW melakukan monitoringing kegiatan di wilayah hulu, tengah dan hilir Sungai Cisadane tersebut. Kegiatan monitoring ini juga berguna untuk melihat kebutuhan-kebutuhan lain yang diperlukan oleh sekolah atau kelompok masyarakat dimana mereka berada. Sebagai hasil adalah masukan bagi kegiatan CRW yang akan diusulkan kepada sekolah / kelompok tersebut.
Sebagai contoh adalah bahwa dari hasil monitoring didapatkan bahwa di sekolah-sekolah ternyata posisi guru umumnya masih belum cukup kuat untuk dapat menentukan kebijakan di sekolah. Sebagai masukan kepada tim CRW adalah perlunya diselenggarakan pelatihan kembali bagi guru-guru atau Kepala Sekolah yang diinginkan terlibat pada komunitas ini, untuk memperkuat komitmen serta melengkapi peserta dengan strategi yang tepat dalam beraktifitas.
Masing-masing komunitas memang memiliki kekhasannya masing-masing. Sebagai contoh misalnya komunitas LINDALANG (Lingkungan Daur Ulang), yang memilii fokus kegiatan daur ulang sampah, dimana sampah plastik diubah menjadi barang yang mempunyai harga jual. Di wilayah tengah ada SMP 13 yang sudah fokus melakukan kegiatan Penanaman, pengelolaan sampah  dan kegiata-kegiatan untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan kepada siswa di sekolah. Di wilayah hilir Sungai Cisadane misalnya ada SMAN 12 Teluk Naga, dimana sekolah ini melakukan kegiatan penanaman sayur organik dan memiliki  harapan dapat membuat bank sampah untuk mengatasi masalah sampah di sekolah.
Dari apa yang diharapkan terjadi yaitu mendapatkan data kualitas sungai yang berasal dari bagian hulu tengah dan hilir Sungai Cisadane, memang belum semuanya tercapai. Ada komunitas yang kemudian tidak dapat melanjutkan kegiatan (biasanya dikarenakan kesibukan dari komunitas itu sendiri dan kurangnya persamaan kepentingannya dengan tujuan CRW); namun di sisi lain muncul juga komunitas baru yang pada awal pembentukan CRW tidak ada namun kemudian muncul akibat kesamaan kepentingan seperti halnya komunitas sekolah di SMPN 13 Bogor. Semuanya merupakan dinamika dalam kegiatan ini.
Ada harapan bahwa kegiatan CRW bagi kelompok-kelompok yang bergabung merupakan suatu awalan untuk gerakan lingkungan yang lebih besar. Bagi sekolah, misalnya diharapkan bahwa kegiatan seperti pemantauan lingkungan bisa terintegrasi dengan kurikulum pelajaran, untuk menanamkan rasa cinta lingkungan kepada anak-anak. Bagi kelompok masyarakat, diharapkan kegiatan ini bisa membuat kelompok semakin bersatu, kuat dan bisa menyebarkan virus-virus pergerakan di masyarakat.
Apabila sesuatu yang kecil dilakukan oleh banyak orang, kami percaya bahwa sesuatu yang besar akan terjadi.

CRW (Cisadane River Watch) adalah komunitas yang dibentuk untuk meningkatkan rasa peduli masyarakat terhadap Sungai Cisadane di Jawa Barat (Indonesia). Kelompok ini  beranggotakan  Guru, Pelajar Sekolah, dan Komunitas Masyarakat. Aktifitas CRW dan kelompoknya berada di tiga wilayahaliran Sungai Cisadane, yaitu:
  1. Hulu Sungai Cisadane di perbatasan Sukabumi-Bogor, dengan kelompok yang terlibat: SMAN 1 Cigombong, SMA Harapan Bangsa, MTs.Mazro’atussibyan, dan Komunitas Lindalang.
  2. Bagian tengah Sungai Cisadane di bagian Kota Bogor, dengan kelompok yang terlibat:  SMP 13, SMA Plus BBS (Bina Bangsa Sejahtera), SMA Kornita IPB dan Komunitas JERAMI (Jejak Ramah Bumi).
  3. Bagian hilir Sungai Cisadane di bagian Kota Tanggerang, yaitu:  SMA N 12 Tanggerang dan Komunitas Tabur Mangrove.
Inisiasi CRW berawal dari aktifitas pelatihan biomonitoring yang diadakan pada bulan Januari 2014 di Bogor oleh Yayasan RMI (Rimbawan Muda Indonesia), dimana pelatihan ini diikuti oleh tujuh sekolah dari Kota Bogor dan Tangerang.
Pembentukan Cisadane River Watch ini adalah bagian dari RTL (Rencana Tindak Lanjut) dari pelatihan biomonitoring tersebut. Biomonitoring  sendiri adalah sebutan bagi salah satu metode untuk mengukur kualitas air berdasarkan keberadaan makhluk hidup tertentu (umumnya adalah invertebrata sebagai bioindikator air). Metode biomonitoring dipergunakan karena alasan kemudahan dan kepraktisan dalam mempraktikannya. Dengan buku panduan, sedikit pembekalan dengan mudah siswa-siswi dapat mengukur ketercemaran suatu lokasi perairan.
Ke tujuh sekolah yang mengikuti pelatihan biomonitoring, berkomitmen untuk melakukan aktifitas biomonitoring sebulan sekali.
Jeda sebulan setelah pelatihan biomonitoring tersebut, kami (Mahmud dan Rahma) yang menjadi koordinator CRW melakukan monitoringing kegiatan di wilayah hulu, tengah dan hilir Sungai Cisadane tersebut. Kegiatan monitoring ini juga berguna untuk melihat kebutuhan-kebutuhan lain yang diperlukan oleh sekolah atau kelompok masyarakat dimana mereka berada. Sebagai hasil adalah masukan bagi kegiatan CRW yang akan diusulkan kepada sekolah / kelompok tersebut.
Sebagai contoh adalah bahwa dari hasil monitoring didapatkan bahwa di sekolah-sekolah ternyata posisi guru umumnya masih belum cukup kuat untuk dapat menentukan kebijakan di sekolah. Sebagai masukan kepada tim CRW adalah perlunya diselenggarakan pelatihan kembali bagi guru-guru atau Kepala Sekolah yang diinginkan terlibat pada komunitas ini, untuk memperkuat komitmen serta melengkapi peserta dengan strategi yang tepat dalam beraktifitas.
Masing-masing komunitas memang memiliki kekhasannya masing-masing. Sebagai contoh misalnya komunitas LINDALANG (Lingkungan Daur Ulang), yang memilii fokus kegiatan daur ulang sampah, dimana sampah plastik diubah menjadi barang yang mempunyai harga jual. Di wilayah tengah ada SMP 13 yang sudah fokus melakukan kegiatan Penanaman, pengelolaan sampah  dan kegiata-kegiatan untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan kepada siswa di sekolah. Di wilayah hilir Sungai Cisadane misalnya ada SMAN 12 Teluk Naga, dimana sekolah ini melakukan kegiatan penanaman sayur organik dan memiliki  harapan dapat membuat bank sampah untuk mengatasi masalah sampah di sekolah.
Dari apa yang diharapkan terjadi yaitu mendapatkan data kualitas sungai yang berasal dari bagian hulu tengah dan hilir Sungai Cisadane, memang belum semuanya tercapai. Ada komunitas yang kemudian tidak dapat melanjutkan kegiatan (biasanya dikarenakan kesibukan dari komunitas itu sendiri dan kurangnya persamaan kepentingannya dengan tujuan CRW); namun di sisi lain muncul juga komunitas baru yang pada awal pembentukan CRW tidak ada namun kemudian muncul akibat kesamaan kepentingan seperti halnya komunitas sekolah di SMPN 13 Bogor. Semuanya merupakan dinamika dalam kegiatan ini.
Ada harapan bahwa kegiatan CRW bagi kelompok-kelompok yang bergabung merupakan suatu awalan untuk gerakan lingkungan yang lebih besar. Bagi sekolah, misalnya diharapkan bahwa kegiatan seperti pemantauan lingkungan bisa terintegrasi dengan kurikulum pelajaran, untuk menanamkan rasa cinta lingkungan kepada anak-anak. Bagi kelompok masyarakat, diharapkan kegiatan ini bisa membuat kelompok semakin bersatu, kuat dan bisa menyebarkan virus-virus pergerakan di masyarakat.
Apabila sesuatu yang kecil dilakukan oleh banyak orang, kami percaya bahwa sesuatu yang besar akan terjadi.
Oleh: Mahmudin

Recent News

Lowongan Kerja Staf KM
Lowongan Pekerjaan Staf Pengelolaan Pengetahuan
Staf Keuangan
Lowongan Staf Keuangan RMI-Indonesian Institute for Forest and Environment
3
MEMPERKUAT KOMUNITAS MELALUI INDUSTRI ROTAN: STRATEGI INKLUSIF UNTUK KEBERLANJUTAN DAN KEADILAN SOSIAL
Foto Artikel  (15)
Menguatkan Inisiatif: Langkah Lanjutan Mendorong Pendidikan Kritis Kontekstual pada Generasi Muda
WhatsApp Image 2024-10-08 at 20.21
Semiloka “Hutan adat untuk Kesejahteraan Lahir batin Masyarakat Adat”
1
Forum Perempuan Seri Kedua: Keadilan dan Hak-Hak Perempuan Dalam Pembangunan di Kampung
SAMPUL DEPAN BUKU KAMPUNG KATONG
Kampung Katong
unnamed
Melanjutkan Aksi: Memperdalam Peran Generasi Muda dalam Fasilitasi Pendidikan Kritis dan Kontekstual
1-3
Sepuluh Tahun Jokowi Ingkar Janji kepada Masyarakat Adat
4-1
Tingkatkan Kemampuan Fasilitasi, Alumni Pelatihan Fasilitator Pendidikan Lingkungan Terlibat dalam kegiatan Jelajah Kasepuhan Cirompang
Follow by Email
YouTube
YouTube
Instagram