Sekitar 44 peserta mengikuti pelatihan fasilitator pada 16-23 Maret 2015 di Desa Windu Jaya, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Peserta merupakan perwakilan dari lembaga mitra program peduli yang didukung Kemitraan di 15 propinsi. Perwakilan dari RMI yaitu Eman Sulaeman dan Mahmudin.
Materi pelatihan membahas mengenai masyarakat adat dan desa, eksklusi sosial, data dan pembangunan desa, pendampingan masyarakat, analisa sosial, strategi advokasi, MIS dan strategi komunikasi publik. Selain materi dalam kelas, ada praktek penggalian data-data dengan PRA dan ansos, aksi penanaman pohon keras di sekitar Kawasan Gunung Slamet dan presentasi hasil analisis peserta di 7 desa.
Beberapa materi sudah diketahui peserta sehingga berfungsi untuk memperkaya dan memperdalam. Namun ada juga materi yang dianggap pengetahuan baru. Seperti diungkapkan oleh Mahmud, “Pada materi tentang masyarakat adat dan desa, saya paham jika yang menjadi pembeda antara desa adat dan non adat dilihat dari pembentukan desanya, desa adat mempunyai karakteristik yang berbeda dari desa pada umumnya, terutama karena kuatnya pengaruh adat terhadap sistem pemerintahan lokal, pengelolaan sumber daya lokal, dan kehidupan sosial budaya masyarakat. Desa adat memiliki sejarah yang kuat, walaupun secara dokumentasi pada umumnya masih lemah. Dibahas juga kaitannya dengan UU No.6/2014 tentang Desa”.
Materi mengenai MIS (Management Information System) juga menarik peserta pelatihan. MIS merupakan sistem data informasi dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi program. MIS memberikan gambaran berbagai aspek, antara lain untuk menentukan jenis kegiatan apa saja yang akan dilakukan, alternatif atau metode apa saja yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan, seberapa besar lingkup kegiatan yang direncanakan dan siapa saja atau apa saja yang menjadi target pelaksanaan kegiatan.
Untuk mendukung sistem informasi terdapat beberapa hal yang bisa digali terkait profil sosial pemanfaat, yaitu sejarah, demografi, profil ekonomi, sosial ekonomi, profil kesehatan, profil pendidikan, pola pemanfaatan SDA, peta konflik dan actor, persepsi dan perilaku, serta kearifan local.
Praktek lapang dilakukan di 7 desa, peserta dibagi dalam 7 kelompok untuk menggali data dan informasi dengan teknik PRA. Peserta juga terlibat dalam aksi penanaman bersama di sekitar kawasan kaki Gunung Slamet, masing-masing peserta menanam satu pohon dan tiap pohon diberi nama peserta yang menanamnya.
Setiap desa yang dikunjungi memiliki historis, karakter desa, keunggulan dan cerita menarik dari aktivitas masyarakatnya. Salah satu keunggulan desa yang dikunjungi yakni desa bisa menerapkan sistem informasi desa dengan menggunakan media elektronik. Di setiap titik dipasang semacam penguat jaringan untuk menangkap jaringan wifi yang dipasang di kantor desa, sehingga setiap orang dapat mengakses jaringan untuk menyerap informasi dari luar dan juga memanfaatkan jaringan tersebut untuk website desa.
“Tiap staf desa memang harus membuat tulisan terkait informasi desa, mulai aktivitas rutin warga, potensi, juga masalah/konflik yang terjadi. Harapannya di masa mendatang bisa menjadi cerita tersendiri bagi generasi penerus dan kami menerapkan cara seperti ini agar desa bisa berkembang dengan modern tetapi tidak melupakan tradisi terun temurun dari desa ini sendiri”, ujar Hartono, salah satu ketua RT Desa Melung.
Pelatihan fasilitator ini cukup menarik materi dan alurnya, walaupun dari sisi waktu tidak cukup leluasa untuk mengendapkan materi. Namun tidak hanya materi yang bisa diambil sebagai pembelajaran, berbagi informasi terkait pengalaman selama mendampingi masyarakat di lokasi masing-masing menjadi masukan yang penting yang dapat dijadikan sebagai pengalaman berharga.
Oleh: Mahmudin