BOGOR-“Dulu kami takut masuk ke lahan perkebunan PT Hevindo, tapi sekarang kami bisa garap lahannya” demikian diungkapkan para petani dari Kecamatan Nanggung yang berkumpul di Majelis Kampung Siranggap-Desa Nanggung pada 24 Februari 2016. Ada sekitar 30 petani perempuan dan laki-laki berkumpul, ditambah perwakilan dari ILC Secretariat dan organisasi mitra ILC (International Land Coalition) yang mendukung perjuangan petani yakni RMI, KPA, JKPP, Sajogyo Institute.
Sejak tahun 1990-an, sekitar 75% lahan PT Hevindo yang luas totalnya 310 ha ditelantarkan. Lahan mencakup Desa Nanggung, Desa Curugbitung dan Desa Cisarua. Petani kemudian mulai menggarap lahan yang ditelantarkan perusahaan tersebut. Pada umumnya petani menanami lahan dengan singkong, tanaman kayu dan palawija (jagung, kacang-kacangan).
“Persoalan yang kami hadapi sekarang adalah banyaknya babi yang merusak tanaman kami sehingga hasil panen kami sedikit” tutur Ibu Eni, petani perempuan Kampung Cibitung-Desa Nanggung. Petani berharap dapat meningkatkan hasil panen agar petani tidak perlu mencari penghidupan lain di luar desa, selain itu hasil dari produk olahan panen pun dapat ditingkatkan. Sejak setahun ini, petani perempuan Kampung Siranggap-Desa Nanggung mengolah hasil panen singkong menjadi keripik, enye-enye, dan produk olahan lainnya yang dipasarkan di desa-desa tetangganya.
Petani di 3 desa (Desa Nanggung, Cisarua dan Curugbitung) di Kecamatan Nanggung sejak 2012 membentuk AMANAT (Aliansi Masyarakat Nanggung Transformatif) untuk mewadahi para petani penggarap di lahan ex-HGU PT Hevindo. Anggotanya mencapai 900 KK. Melalui AMANAT, petani penggarap memperjuangkan lahan ex-HGU melalui beragam cara; pengaduan kasus pada Komnas HAM, audiensi dengan BPN, aksi demo petani, diskusi rutin dan penanaman lahan. Ijin HGU PT Hevindo yang habis pada 31 Desember 2013, hingga kini tidak diperpanjang.
“Kegiatan AMANAT hingga saat ini untuk tata kelola produksi dan selanjutnya berencana untuk membuat Bumdes” jelas Didih, Sekjen AMANAT. “Kami mohon dukungan dari RMI yang selalu mendampingi kami, juga teman-teman dari KPA, JKPP, Sajogyo, atau lainnya untuk dapat memberikan masukan agar petani di Nanggung ini dapat sejahtera”.
Pada diskusi yang berlangsung interaktif, teridentifikasi kebutuhan untuk penguatan kapasitas petani dalam hal pertanian alami yang dapat menurunkan biaya produksi. Metode seperti belajar antar petani dapat dijalankan untuk mempelajari soal pertanian alami maupun koperasi dan Bumdes.
Oleh: Ratnasari
(Manajer Divisi Pengelolaan Pengetahuan RMI)