Jakarta- Konsep stand Hutan Adat membawa RMI memperoleh pengharagaan sebagai Stand Terbaik III pada acara PeSoNa yang berlangsung pada 6-8 September 2017. Demikian ditegaskan Koordinator Usaha RMI (Kedai Halimun), Siti Nursolihat, setelah acara penyerahan penghargaan, Jumat (08/9).
“Penghargaan ini merupakan hal yang paling membanggakan bagi RMI, karena melalui usaha keras tim, akhirnya bisa membawa pulang penghargaan,” kata Siti Nursolihat.
Dia juga mengatakan, stand yang berkonsepkan hutan adat mempunyai nilai tersendiri karena berusaha untuk menampilkan nuansa kehidupan masyarakat dan hutan.
Penghargaan ini diberikan oleh Direktorat Perhutanan Sosial dan Kementrian Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pak Hadi Daryanto kepada perwakilan RMI.
Keikutsertaan RMI dalam acara PeSoNa ini atas undangan yang secara khusus diberikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 24 Agustus 2017. Dan konsep hutan adat menjadi pilihan untuk menampilkan dan memperkenalkan produk-produk dampingan RMI.
Staf Divisi Usaha, Erik Suhana, mengatakan bahwa ia dan tim telah mempersiapkan konsep ini seminggu sebelum Festival PeSoNa berlangsung.
“Tidak hanya tim usaha yang terlibat dalam persiapan stand ini, namun juga keterlibatan masyarakat dampingan dalam menambah pasokan produk-produk mereka. Selain itu, dua pemuda Ciwaluh Roy dan Dian juga terlibat dalam acara berlangsung,” tegas Erik.
Stand RMI yang menyambat penghargaan terbaik ke III berukuran 3×3 M. Booth RMI disulap menjadi galeri atau etalase produk-produk yang berasal dari komunitas dampingan RMI. Jika dari kejauhan nampak jelas terdapat beberapa ikat pare huma tergantung disetiap sudut stand. Caping, pakaian adat Baduy, tas koja tergantung pula secara rapi disalah satu tiang depan stand. Bakul dan sapu awis diletakkan di tengah-tengah booth, diperindah dengan beraneka kain tenun Baduy dan tenun Lombok Timur yang diletakkan di atas kotak kayu. Dihamparkannya serbuk-serbuk pare huma ke lantai untuk menciptakan suasana yang alami. Selain itu, backdrop yang desain bernuasa hutan menjadi pelengkap konsep stand hutan adat.
Bagian depan ada satu rak yang menjajakan produk-produk masyarakat dampingan RMI, seperti produk dari Kampung Ciwaluh (Bogor), Baduy, Kasepuhan Karang, Kasepuhan Pasir Eurih, (Lebak).
Produk dari Kampung Ciwaluh; kopi Ciwaluh, godogan haneut, kumis kucing, kapulaga. Produk dari Kasepuhan Pasir Eurih; gula semut dan gula aren. Produk dari Kasepuhan Karang; kopi kapudang, krupuk gendar, rengginan. Produk dari Baduy; gula jahe, madu, gelang, ikat kepala baduy.
Photo booth dengan background hutan adat Kasepuhan Karang dengan gradasi pohon yang bertuliskan “Leuweung Adat” [hutan adat] menjadi daya tarik para pengunjung stand. Mereka dapat berfoto dengan background hutan adat dan dapat menggunakan beberapa pelengkapan seperti bakul, caping, serta pare huma dan bebeberapa aksesoris tulisan.
Salah satu pengunjung, Linda (20) menyatakan, mereka merasa senang, karena stand RMI ini berbeda dengan stand lainnya, ia bisa memegang padi secara langsung. Menurutnya di stand ini tidak hanya dapat melihat dan membeli produk, melainkan memperoleh cerita tentang kehidupan masyarakat Kasepuhan dan Baduy.
Selain produk dampingan RMI, tersediannya beberapa buku yang dibagikan secara gratis kepada pengunjung. Buku-buku tersebut ialah buku terkait program-program kerja RMI. Tak luput dari itu stand RMI juga menyediakan beberapa flayer terkait program-porgam kerja RMI seperti Progam Peduli, TDH Jerman, MCA-I, ILC.
***
Penulis:
Novytya Ariyanti (Staf Pengelolaan Pengetahuan RMI)