Lebak- Jalanan Kasepuhan Pasir Eurih di Desa Sindanglaya yang terletak di Kecamatan Sobang tampak lebih berwarna hari itu. Aneka lapak pedagang yang berwarna-warni di gerai di sekitar jalan sekitar Imah Gede (kediaman Ketua Adat). Hari itu adalah awal perayaan Seren Taun, hari istimewa yang ditunggu-tunggu masyarakat adat Kasepuhan Pasir Eurih.
Seren Taun sendiri merupakan ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil pertanian serta rahmat lain yang menyertainya.Seren Taun juga diperingati untuk mengingat perjuangan para leluhur Kasepuhan yang telah lebih dulu kembali ke Sang Khalik. Berkirim doa atau ziarah kubur menjadi pembuka setiap rangkaian acara Seren Taun yang selanjutnya diikuti dengan rangkaian acara demi acara ritual lainnya. Pada tahun 2021, Seren Taun diadakan pada tanggal 25 sampai 27 Juni 2021 , selama 3 hari dengan rangkaian acara dari pagi sampai malam.
Acara adat Seren Taun merupakan puncak ritual adat yang mengacu pada Rukun Tujuh. Rukun Tujuh, atau disebut juga Rukun Tani merupakan tahapan pertanian yang dilaksanakan secara tertib mulai dari; asup leuweung, ngaseuk (nibakeun), ngubaran, mapag pare beukah, beberes, ngadiukeun dan seren taun. Rukun Tani sarat dengan ritual-ritual adat yang berhubungan dengan tatanen, khususnya dalam menanam padi ladang atau yang bisa disebut padi huma.
Kemeriahan selalu menyertai Seren Taun. Dari 1-2 hari sebelumnya para pedagang sudah mulai berdatangan menggunakan kendaran roda dua dan roda empat. Mereka saling berlomba mencari lokasi strategis untuk menggelar lapak. Barang-barang yang dijual bermacam-macam: mulai dari jajanan pasar, mainan anak-anak, sampai pakaian dengan macam-macam model yang menarik perhatian masyarakat Kasepuhan.
Sebagian warga memiliki kebiasaan menabung yang khusus diperuntukan pada perayaan Seren Taun, “Jangan sampai anak-anak menangis karena ingin membeli jajan”. Ungkapan ini menggambarkan betapa masyarakat ingin bergembira saat perayaan Seren Taun berlangsung. Perayaan Seren Taun oleh masyarakat Kasepuhan dianggap sebagai ritual tertinggi sekaligus ruang hiburan pasca setahun penuh gawe (kerja).
Panitia juga mempersiapkan panggung-panggung kesenian tradisional sepekan sebelum hari H. Kesenian angklung, gendang pencak, poplod serta jaipong kombinasi dangdut (pongdut) tak pernah absen dalam menghibur masyarakat setiap acara Seren Taun. Rombongan-rombongan kesenian biasanya datang dari desa-desa tetangga, dengan mendapatkan undangan atau secara sukarela.
Pada malam puncak perayaan, area Kasepuhan Pasir Eurih menjadi riuh. Gerimis yang membasahi tanah tidak menghalangi masyarakat untuk mendekat ke area perayaan. Dari panggung-panggung kesenian, mengalun indah suara angklung, dan terdengar juga bunyi rampak gendang. Di lain waktu terdengar suara cengkok khas sinden sunda yang memekikan telinga para pendengarnya. Malam itu terdapat sembilan panggung pertunjukan yang sama-sama menarik untuk dinikmati.
Dari antara semuanya, pentas pongdut rupanya yang paling banyak menyedot perhatian masyarakat dengan tari jaipong yang diselingi joget dangdut para biduan.
Di luar panggung hiburan, panitia penyelenggara tetap semangat menyelenggarakan momen sakral dengan tetap mematuhi protokol kesehatan sebagaimana anjuran pemerintah. Ritual tetap dilakukan seperti biasanya, hanya sudah disepakati oleh pihak penyelenggara bahwa untuk hiburan ada pengurangan. Yang baru dan menarik juga dalam acara Seren Taun kali ini adalah adanya penambahan acara “Kelas Kasepuhan”. Acara ini diikuti oleh anak-anak muda laki-laki dan perempuan. Pada kelas ini dikupas tentang kesejarahan, aturan, kearifan lokal dan juga hal-hal yang berkaitan dengan adat.
Menarik melihat di zaman yang serba digital ini, anak-anak muda tetap giat belajar tentang adat. Mereka ini merupakan generasi yang akan meneruskan budaya masyarakat Kasepuhan. Pengetahuan yang biasanya diturunkan secara lisan saat ini juga sudah mulai didokumentasikan tertulis, agar pengetahuan tersebut tidak berubah atau hilang dan anak-anak muda inilah pelakunya.
Namun demikian, keriuhan perayaan kali ini masih dirasakan kurang dibanding tahun-tahun sebelumnya, sebelum wabah Covid-19 melanda. Penyelenggara sengaja memberlakukan pembatasan tamu. Hadir dalam pertemuan ini adalah perwakilan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak.
Acara Seren Taun biasanya lebih meriah dibanding hari raya Lebaran itu sendiri, karena adanya ”kewajiban” bahwa keturunan incu-putu Kasepuhan Pasir Eurih yang tersebar di beberapa wilayah ‘perlu kembali’ ke asalnya. Istilah lokalnya dikenal dengan balik taun, suatu simbol untuk menunjukkan rasa bakti dari mana seseorang berasal. Jalinan silaturahmi berlangsung dengan rasa kekeluargaan khas kasepuhan. Pelajaran pentingnya adalah sebagai pengingat bagi masyarakat Kasepuhan Untuk kembali ke asal.
Penulis : Abdul Waris dan Slamet Widodo
Editor: Indra Hatasura