Perkembangan media online pada masa modern ini memiliki banyak pengaruh bagi masyarakat, baik secara positif maupun negatif. Berbagai informasi dapat diakses dengan mudah bahkan dalam hitungan detik. Tahun 2015 ini diperkirakan pengguna internet di Indonesia hampir mencapai 100 juta pengguna dengan tingkat akses ke media sosial yang cukup tinggi.
Seiring perkembangannya, media sosial kini banyak digunakan sebagai sarana berdiskusi, berbagi dan bertukar informasi, pembentukan opini masyarakat, mengatasi permasalahan sosial, hingga sarana perubahan sosial politik. Media sosial telah menjelma sebagai sebuah kekuatan baru dalam masyarakat yang dapat memberikan pengaruh bagi gerakan sosial.
Pembentukan opini dan pemahaman masyarakat melalui media sosial tidak hanya dibangun oleh kekuatan teks semata. Peran media visual dan audio-visual menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tersampaikannya pesan kepada publik. Melihat hal tersebut, Rabu (16 Desember 2015) lalu, RMI mengadakan Kuliah Singkat dengan tema “Pemanfaatan Media Foto dan Video dalam Gerakan Sosial”.
Kuliah kali ini diisi oleh Pandu Padmanegara, Co-Founder & Lead Strategist di sebuah agensi konten digital, Communicaption. Kuliah yang diikuti oleh 25 orang ini bertujuan untuk membentuk pemahaman para penggerak kegiatan sosial mengenai kekuatan media online dalam membentuk public awareness. Selain itu, peserta juga diharapkan dapat memahami kriteria foto dan video yang tepat untuk mengampanyekan gerakan sosial serta etika dalam peyebaran foto dan video tersebut di media sosial.
Pandu menyampaikan bahwa konten yang paling banyak mendapatkan perhatian dari pengguna internet adalah konten dalam bentuk visual. Namun konten visual yang disebar oleh netizen tersebut bermacam-macam tergantung kategori usia netizen. Netizen yang tergolong muda, lebih menyukai dan membagikan konten yang lucu. Berbeda dengan kategori usia yang lebih dewasa, cenderung menyukai konten yang bercerita.
Media berupa foto dan video memiliki nilai lebih untuk menampilkan deskripsi suatu keadaan maupun proses. Foto dan video tertentu bahkan mampu menggugah sensitivitas manusia dan menumbuhkan empati. Kekuatan tersebut digunakan oleh berbagai kelompok untuk mengampanyekan isu-isu sosial, lingkungan, dan berbagai isu lainnya untuk membangun public awareness. Nana Ratnasari, Manajer Divisi Pengelolaan Pengetahuan RMI, mengatakan bahwa RMI sendiri menggunakan media online (website dan media sosial) sebagai sarana publikasi kegiatan, terutama mengenai berbagai hal yang terjadi terkait upaya perjuangan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam.
“Sensitivitas dalam mengemas isu dan kemampuan mendokumentasikannya ke dalam bentuk foto dan video tentu menjadi penunjang yang cukup penting dalam mengampanyekan isu-isu sosial,” ujar Nana.
Ditulis oleh: Indri Guli (Staf Divisi Pengelolaan Pengetahuan RMI)