Pasir Eurih, RMIBOGOR.ID – Cross Learning Program Peduli kali ini mengusung tema “Mengenal Teknik Fasilitasi dan Pengorganisasian Komunitas di Desa” yang diadakan selama sepekan mulai tanggal 09 – 15 April 2018 di Kasepuhan Pasir Eurih Desa Sindanglaya, Lebak – Banten tepatnya di Gedung Aula PGRI Desa Sindanglaya. Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa perwakilan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia yakni Mentawai, Bajo, Bulukumba, Palu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Tangerang, Lombok, Makassar, Belitung, Kasepuhan Karang, Kasepuhan Cirompang dan tentu saja Kasepuhan Pasir Eurih. Pesertanya pun beragam mulai dari pemuda, orang tua, baik laki – laki maupun perempuan.
Program peduli bertujuan untuk mendorong pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat yang kemudian akan diperjuangkan, yaitu dalam bentuk pengakuan hutan adat untuk masyarakat sehingga dapat mengelola hutan adatnya sendiri. Bagaimanapun juga, masyarakat adat berkesempatan mengelola alamnya secara bijak. Bagi RMI program peduli telah dimulai di Kasepuhan Pasir Eurih sejak tahun 2013, Kasepuhan Karang tahun 2015 dan Kasepuhan Cirompang sejak tahun 2008.
Kegiatan diawali dengan diskusi dimana peserta akan menentukan sendiri pokok pembahasan yang akan dipelajari berdasarkan dari pengalaman masing – masing peserta mengenai pendampingan/pengorganisasian, misalnya apa itu peran, fungsi dan tujuan pendampingan lalu apa saja skill yang harus dimiliki untuk menjadi seorang pendamping. Untuk membekali peserta dengan kemampuan analisa, dipelajari juga teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dipraktekkan dengan berkelompok dan berkunjung ke kampung – kampung untuk meneliti dan mempresentasikannya. Selain itu, dalam pelatihan/cross learning juga dibekali dengan keterampilan atau skill misalnya pembibitan/budidaya lele, pelatihan pembuatan kue, koperasi bagi perempuan dan pengelolaan website desa yang lebih populer disebut dengan Sistem Informasi Desa (SID).
Acara ini adalah salah satu bentuk perjuangan untuk memperkuat masyarakat adat. Program peduli mendorong inklusi sosial dan solidaritas warga negara untuk mewujudkan pembangunan. Kami bekerjasama dengan Kemenko PMK. Pilar nya adalah masyarakat adat. Sekarang posisinya masih banyak hambatan atau stigma dari dua aspek yaitu isolasi wilayah dan sosial. Acara ini adalah salah satu bentuk kegiatan untuk mencari solusi bagaimana hambatan itu bisa diatasi oleh Pemerintah. Terdapat empat aspek yang diperhatikan, yaitu : (1) Bagaimana masyarakat adat bisa menggunakan desa sebagai institusi sosial dan pemberdayaan untuk memperkuat masyarakat adat dan memperkuat komunitas (penguasaan atas tanah); (2) Bagaimana pengelolaan tersebut dapat menghasilkan manfaat; (3) Bagaimana memperkuat ekonomi terutama bagi perempuan; (4) Bagaimana menggunakan sarana ekonomi komunitas yaitu melalui formula (Sekolah Lapang Rakyat (SLR) dan koperasi) untuk memastikan proses layanan dasar pemberdayaan yang baik.Keempat aspek itu penting karena terwujudnya inklusi adalah ketika identitas diakui dan dapat diakses sebesar mungkin oleh masyarakat adat. Penting juga bagaimana empat aspek ini dilakukan oleh para kader. Bagaimana kader/fasilitator/co bisa memaksimalkan peran untuk melakukan pemberdayaan. Adanya kader penting karena merupakan sebuah tonggak dalam melakukan pemberdayaan, terang Nurul perwakilan dari The Asia Foundation (TAF).
Oleh : Reni Andriani