Mungkin sebagian dari kita mengetahui bahwa dulu ada padi unggulan nasional bernama IR 64. IR 64 hanyalah salah satu dari nama-nama padi yang diluncurkan pada tahun 1986 oleh Presiden Soeharto pada tahun 1986[1]. Padi IR, padi pemerintah, padi unggul. Begitu sering disebut oleh semua orang.
Selain itu ada juga padi yang bernama pandang wangi[2]. Padi pandan wangi adalah jenis padi varietas lokal dari Cianjur, yang kemudian dikembangkan sejak tahun 1970an. Selain itu ada juga padi rojolele, padi ketan, dan jenis padi lainnya.
Sebenarnya, jumlah jenis padi sangat banyak, sehingga tidak bisa dihitung dengan 10 jari tangan. Seperti di Kasepuhan saja dapat ditemukan paling tidak 34 varietas padi yang secara fisik ada dan bisa dipegang (pada Festival Pare Gede di Kasepuhan Cirompang, bulan Oktober 2015 yang diadakan RMI). Melalui pembicaraan dengan para tokoh adat, setidaknya mereka menyebutkan ada 40an jenis padi di sana dan merupakan padi lokal yang disebut pare gede (dicirikan dengan bentuknya tanamannya yang tinggi).
Masing-masing varietas ini juga memiliki keunggulannya sendiri karena sudah beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya. Ada yang tahan hama-hama tertentu, warna yang berbeda-beda (hitam, merah, putih, coklat), ketahanan terhadap kekeringan, rasa yang berbeda-beda, dan lainnya. Keunggulan lainnya adalah padi gabah varietas ini bisa disimpan sangat lama di lumbung tradisional masyarakat Kasepuhan yang dinamakan leuit (lumbung padi).
Tidak jarang jika berkunjung ke Kasepuhan, kita dijamu dengan nasi dari padi yang umurnya sudah 20an tahun. Rasanya tetap enak, hanya berbeda di warna yang lebih coklat atau mungkin juga asal varietasnya memang padi coklat.
Masyarakat Kasepuhan menambahkan padi unggul pemerintah (disebut juga pare leutik oleh warga) yang ditanam di lokasi yang sama hanya bisa bertahan maksimal 1 tahun bila disimpan karena akan rusak. Bulirnya segera rontok tidak lama setelah dipanen. Produktivitasnya yang tinggi harus dibayar dengan ketidakmampuannya untuk disimpan.
Varietas-varietas padi lokal ini adalah sumber keanekaragaman hayati yang sangat berharga. Varietas padi lokal ini bukanlah masa lalu, melainkan harapan bagi masa depan. Padi varietas lokal ini masih ada karena dijaga oleh masyarakat kasepuhan, oleh karena itu masyarakat adat dan budayanya perlu diakui, dilindungi, dan dipenuhi hak-haknya.
[1] Nusantara News. (2017, August 5). Mengenal Varietas Padi IR 64. Dipetik July 29, 2020, dari https://nusantaranews.co/: https://nusantaranews.co/mengenal-varietas-padi-ir64/?fbclid=IwAR1RZl3gmN4m146D0uN0x6s9W9gEzqK-tljCOLH5sdvZpvnXAIzAeIe_pA8#:~:text=Mengenal%20Varietas%20Padi%20IR64,-Published&text=NUSANTARANEWS.CO%20%E2%80%93%20Varietas%20IR%2064,tahun%201986%20oleh%20pr
[2]Wikipedia. (2019, Oktober 1 ). Padi Pandan Wangi. Dipetik Juli 29, 2020, dari Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Padi_Pandan_Wangi#:~:text=Padi%20Pandan%20Wangi%20atau%20Padi,terkenal%20dengan%20sebutan%20%E2%80%9CPandan%20Wangi.
Penulis: Indra N. Hatasura
Editor: Siti Marfu’ah