Pertemuan keempat pada 13 November 2014 ini merupakan tindak lanjut pertemuan bulan September lalu. Ada tiga komunitas ekstra kurikuler SMAN Cigombong yang aktif berkegiatan dan tergabung dalam Cisadane River Watch yakni Pecil (Pecinta Lingkungan), KIR, dan KPA Langlang Buana. Namun pada pertemuan kali ini hanya tim KIR dan siswa kelas 12 yang mengikuti kegiatan karena kelompok lain berhalangan (bentrok dengan agenda lain). Pada awalnya kegiatan yang direncanakan yaitu penanaman/penghijauan namun masih butuh persiapan yang matang. Maka pembuatan lubang biopori disepakati menjadi tahap awal kegiatan yang bisa dilakukan.
Seperti diketahui jika biopori (LRB/Lubang Resapan Biopori) diperkenalkan oleh Dr.Kamir R.Brata (Departemen Konservasi Tanah dan Air IPB). Alat pembuat lubang dibuat dari batang pipa besi ukuran ¾ inci dengan mata bor tanah pada ujung bawah alat dengan lebar sesuai dengan diameter lubang yang diinginkan. Alat ini sudah dibuat oleh Dr.Kamir R.Brata sejak tahun 1976 dan ketika terjadi banjir di Jakarta tahun 2007, beliau sangat gencar memperkenalkan metode ini pada masyarakat termasuk akademisi dan Pemda (Kompas/8 Maret 2008).
LRB merupakan metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air. Diameter lubang pada umumnya 10 cm dengan kedalaman lubang 1 m. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini dapat menghidupi fauna tanah sehingga mampu menciptakan pori-pori dalam tanah. Menurut Ibu Dian (Guru Biologi), SMAN Cigombong telah memiliki rumah kompos walaupun pengelolaannya belum optimal sehingga dengan adanya lubang biopori ini diharapkan dapat mengurangi tumpukan sampah organik yang ada di rumah kompos.
Selama 3 jam, dengan bekal 3 unit alat biopori dapat membuat 30 lubang biopori di sekitar halaman sekolah. Tidak hanya siswa-siswi yang turut membuat lubang, guru pun seperti Ibu Dina (Guru PLH) dan Ibu Dian (Guru Biologi) ikut serta mengikuti kegiatan ini. Sebelumnya SMAN Cigombong sudah pernah membuat lubang biopori tetapi permukaan atasnya tertutup (batu bata merah dengan adukan semen) sehingga manfaatnya tidak terlihat dan sulit dikontrol. Maka dengan lubang biopori yang baru ini dapat memperbaiki kekurangan sebelumnya.
Usai kegiatan biopori, ketika berdiskusi dengan siswa dan guru pendamping, disepakati untuk kegiatan berikutnya yakni penanaman/penghijauan di sekolah yang akan dilaksanakan bulan Desember nanti.
Oleh: Mahmudin